Rabu, 25 Mei 2011

memahat di air tak semudah memahat di batu.

            Saya tinggal di lingkungan keluarga produktip, dan saya mungkin menjadi bagian dari beberapa keluarga yang lebih tua dengan beberapa tetangga saya. Sedangkan tetangga sekitar kebanyakan ibu muda yang masih produktip dengan 2-3anak balita, tapi tak sedikit juga yang anak-anaknya sudah masuk di usia sekolah dasar.

Nah....karena saya lebih sering sendiri di rumah sering saya ajak anak tetangga main di rumah.  Kadang ada beberapa anak ngumpul. kalau cuma ngobrol dengan mereka kadang ujung-ujungnya ngerasani temennya. atau malah ada yang curhat.  Ya tentu saya kasih tau hal yang baik dan buruk.
 
Kesempatan datang.........saya ajak mereka bermain dengan memanfaatkan barang yang ada di seputaran anak-anak, sambil menjelaskan bahwa dari limbah bisa jadi uang. tentu saja mereka seneng karena yang ada dipikiran mereka adalah 'jadi uang'nya.
 
Bahasa yang saya gunakan tentu saja bahasa yang bisa mereka tangkap.....penuh bujukan. Tapi jangan sekali-kali menipu mereka dengan hal yang muluk-muluk.

Pertama saya ajak anak-anak mengumpulkan sedotan bekas dan ranting kecil. kemudian saya ajarkan mereka membuat bunga dari sedotan, tentu saja sambil cerita ngalor ngidul.Meskipun sedikit rewel dan penuh keluhan....akhirnya jadi juga bunga anggrek dari sedotan.hasil karya sesuai kemampuan mereka.

Karena penjelasan tentang 'jadi uang', mereka dengan bangga mau menjual kepada ibunya.
Nah tugas saya lagi memberi tahu mereka bahwa untuk bisa menjadi uang harus dilatih cara membuatnya sehingga rapi, karena bukan hanya kepada ibunya sebuah karya yang bagus bisa diuangkan dengan ketelatenan kita.

Hubungannya dengan judul tulisan saya: jelasnya memberi pengertian tentang suatu hal pada anak-anak itu sulit sekali tapi akan teringat terus sampai mereka dewasa. Karena saya lebih banyak mendapatkan ilmu       tak terlupakan dari wejangan-wejangan bapak saya almarhum.

Suasana bermain sambil belajar berkarya:



          .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar